Selasa, 20 Desember 2016

Pengaruh Media Pembelajaran Word Wall
Untuk Meningkatkan Kosa Kata dalam Penguasaan Membaca
Anak Tunagrahita Ringan Kelas 3 SD
di SLB Pancaran Kasih Caruban, Mejayan, Madiun

PROPOSAL PENELITIAN


Dosen Pengampu :
Dr. Yuliyati, M.Pd

Oleh :
TRI SUCI ROHANI
NIM 14010044053


UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA
PRODI PENDIDIKAN LUAR BIASA

2016









BAB I
Pendahuluan
       A.      Latar Belakang
Keberhasilan suatu proses pembelajaran secara umum ditentukan oleh banyak komponen. Komponen tersebut dapat berasal dari guru, siswa, sarana prasarana, maupun media pembelajaran yang digunakan. Sebagaimana pada era modern ini pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting, kerena melalui pendidikan membuat kita berwawasan luas, tidak ada pembatas untuk memperoleh pengetahuan. Pikiran kita akan menjadi terbuka dengan kita menimba pengetahuan melalui pendidikan.
Saat ini seperti yang kita ketahui pendidikan diperuntukkan untuk semua kalangan ( education for all) seperti  yang diwujudkan dalam Forum Pendidikan Dunia ( The World Education Forum) di Dakar pada tahun 2000. Begitu pula di Indonesia pendidikan untuk semua sebenarnya juga telah memiliki komitmen yang kuat jauh sebelum deklarasi Dakar yaitu sejak awal kemerdekaan Indonesia yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945 yang berbunyi “Kemudian daripada itu untuk membantuk suatu pemerintahan negara Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban duniayang berdasarkan kemerdekaan,..” . Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisitem Pendidikan Nasional hak anak untuk memeperoleh pendidikan dijamin penuh tanpa adanya deskriminasi termasuk anak-anak yang mengalami kelainan atau yang berkebutuhan khusus.
Anak berkebutuhan khusus adalah anak-anak yang mengalami penyimpangan,kelainan atau ketunaan dalam segi fisik, mental, emosi dan sosial atau dari gabungan dari hal-hal sedemikian rupa sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan yang khusus yang disesuaikan dengan penyimpangan , kelainan atau ketunaan mereka.( Ganda Sumekar 2009:2).
Pembuatan proposal ini lebih dititikberatkan pada anak dengan gangguan intelektual atau disebut juga dengan anak tunagrahita. Seperti yang kita ketahui anak tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual dibawah rata-rata (Sutjihati Soemantri 2006:105). Anak tunagrahita sendiri diklasifikasikan menjadi 3 yaitu Tunagrahita ringan, Tunagrahita sedang, Tunagrahita berat. Anak tunagrahita memiliki ciri-ciri :
a.     Kecerdasan yang sangat terbatas
b.       Ketidakmampuan sosialyang tidak mampu mengurus diri sendiri sehingga selalu memerlukan bantuan oran lain
c.        Keterbatasan minat
d.       Daya ingat yang rendah
e.        Emosi sangat labil dan cenderung acuh terhadap lingkungan.
f.         Kelainan badaniah khusus jenis mongoloid, badan bungkuk tampak tidak sehat,muka datar, telinga kecil, kepala terlalu besar, mulut melongo, mata sipit, pipi tembem, alis miring.
Seperti yang telah kita ketahui dari paparan penjelasan diatas bahwa anak tunagrahita secara umum sangat rendah kemampuan intelektualnya dibandingkan dengan teman-teman seusianya maka minat belajar anak tunagrahita juga rendah yang juga merupakan dampak dari ketunagrahitaan yang dia miliki tersebut. Dalam pembelajarannya pun anak tunagrahita sangat susah untuk memahami sesuatu yang bersifat abstrak,maka anak membutuhkan pembelajaran yang sifatnya konkret.
Terkait dengan penjelasan diatas Anak tunagrahita ringan juga sangat susah dalam memahami kalimat-kalimat panjang,sehingga minat membaca nya pun juga sangat rendah. Apalagi perbendaharaan kata yang dimiliki sedikit karena ia jarang atau sulit bergaul dengan masyarakat dilingkungan sekitarnya. Permasalahan-permasalahan tersebut akan sangat menganggu proses pembelajaran bila tidak dikelola dan ditangani dengan baik oleh guru. Karena tingkat penguasaan,pemahaman dan kemampuan anak tunarahita ringan sangat terbatas. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran perlu diupayakan cara dan teknik ang sesuai dengan kondisi kebutuhan dan tingkat kemampuan anak tunagrahita ringan tersebut. Model pembelajaran yang sesuai untuk anak tunagrahita biasanya adalah menggunakan metode drill atau pengulangan karena anak tunagrahita memiliki daya ingat yang rendah maka setiap pembelajaran perlu diulang.
Anak tunagrahita memiliki minat baca yang cukup rendah, hal ini dikarenakan kondisi intelektualnya yang dibawah rata-rata teman seusianya. Maka dari itu, guru harus bisa mengajak siswa atau menarik perhatian siswa agara gemar membaca. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh guru yaitu melalui penggunaan media Word Wall dimana media ini dibuat berupa potongan-potangan kosa kata yang diharapkan dengan adanya potongan kosa kata tersebut, anak tunagrahita ringan dapat menambah jumlah perbendaharaan kata. Sehingga ketika membaca buku anak akan mampu memahami makna yang terkandung dalam bacaan yang sedang ia baca.  
Seperti yang kita ketahui bahwa proses pembelajaran merupakan bagian yang paling pokok dalam kegiatan pendidikan di sekolah. Pembelajaran adalah interaksi timbal balik antara siswa dengan guru dan antar sesama siswa dalam dalam proses pembeajaran. Sedangkan belajar merupakan  suatu proses perubahan tingkah laku  setalah terjadinya interaksi dengan sumber belajar. Belajar sendiri merupakan aktivitas mental dan psikis  yang berangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman keteranpilan, nilai, dan sikap.
Demikian juga dengan pembelajaran literasi, akan mencakup keseluruhan aspek yang terkandung didalamnya termasuk membaca, menulis, berbicara dll. Namun dalam hal ini bidang kajian dititik beratkan pada kemampuan anak tunagrahita ringan dalam meningkatkan kosa kata dalam penguasaan membaca. Bahan kajian yang harus dipelajari oleh anak tunagrahita ringan ini meliputi kata kata untuk :
1.       Ucapan salam
2.       Warna
3.       Nama Buah
4.       Nama Hari, dan
5.       Nama benda di sekitarku.
Oleh karena itu sangat diperlukan adanya media pembelajaran berupa word wall yang akan sangat membantu khususnya untuk guru dalam menyampaikan materi pembelajaran yang akan disampaikan dan pasti memeudahkan siswa untuk menerima materi pelajaran yang diberikan oleh guru. Media ini dipandang memnuhi harapan yang dibutuhkan oleh anak tunagrahita ringan. Media ini dipilih karena penggunaanya yang mudah dan praktis, biaya pembuatan media yang terjangkau, media pembelajaran ini bersifat fleksibel sehingga dapat disesuaikan dengan kondisi dan minat siswa dalam menambah kosa kata. Dengan media word wall ini diharapkan dapat menarik minat baca siswa dan menambah pengetahuan kosa kata sehingga nantinya anak akan dapat berkomunikasi dengan baik dengan orang lain karena perbendaharaan kata nya yang banyak.
B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian adalah sebagai berikut:
1.       Apa yang dimaksud dengan media pembelajaran Word Wall?
2.       Bagaimana pengaruh penggunaan media pembelajaran Word Wall Untuk Meningkatkan Kosa Kata dalam Penguasaan Membaca Anak Tunagrahita Ringan
C.      Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai antara lain adalah :
1.       Untuk mengetahui dan memahami media pembelajaran berupa Word Wall
2.       Untuk mengetahui pengaruh penggunaan media Word Wall untuk meningkatkan kosa kata dalam penguasaan membaca anak tunagrahita ringan di SLB Pancaran Kasih

D.      Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.       Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan mengenai penggunaan media pembelajaran literasi yaitu Word Wall dalam meningkatkan kosa kata dalam penguasaan membaca anak tunagrahita ringan.
2.       Bagi akademisi , penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dan informasi mengenai  penggunaan media Word Wall ini untuk anak tunagrahita.
3.       Untuk Guru, semoga penelitian ini dapat menambah wawasan mengenai strategi pembelajaran menggunakan media Word wall ini untuk memudahkan anak tunagrahita belajar.

E.       Batasan Penelitian
Dalam penelitian di SLB Pancaran Kasih Caruban ini, peneliti hanya membatasi masalah penelitian ini sebagai berikut :
1.       Penelitian ini terbatas pada subyek penelitian yang hanya menggunakan anak-anak tunagrahita ringan kelas  3 SDLB Pancaran Kasih Caruban
2.       Cara untuk meningkatkan perbendaharaan kosa kata yang dimiliki anak tunagrahita ringan dalam penguasaan membaca melalui media pembelajaran literasi berupa Word Wall.




F.       Asumsi
Menurut PPKI (2000 : 13) “asumsi adalah anggapan-anggapan dasar tentang suatu hal yang dijadikan pijakan berfikir dan dalam melakukan penelitian”.

Dalam melakukan penelitian ini peneliti menggunakan beberapa asumsi dasar sebagai berikut :
1.       Anak Tunagrahita memiliki intelegensi yang rendah dibandingkan dengan  rata-rata anak normal seusianya .
2.       Anak tunagrahita memiliki perbendaharaan kata yang sedikit sehingga untuk berfikir abstrak pun anka akan kesulitan.
3.       Penggunaan media pembelajaran literasi berupa Wod wall sangat memudahkan guru dalam  rangka meningkatkan kosa kata anak tunagrahita ringan dalam penguasaan membaca.





















BAB II
Kajian Pustaka

A.      Tinjauan Tentang Belajar dan Tujuan Belajar
1.       Pengertian Belajar
Menurut Winkel, Belajar adalah semua aktivitas mental atau  psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman.
Menurut Ernest R. Hilgard dalam (Sumardi Suryabrata, 1984:252) belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya.
Menurut Gagne dalam bukunya The Conditions of Learning 1977, belajar merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang keadaaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan yang serupa itu. Perubahan terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan. Berbeda dengan perubahan serta-merta akibat refleks atau perilaku yang bersifat naluriah.
Moh. Surya (1981:32 definisi belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya  dengan lingkungan. Kesimpulan yang bisa diambil dari kedua pengertian di atas, bahwa pada prinsipnya, belajar adalah perubahan dari diri seseorang.
2.       Tujuan Belajar
Tujuan dari belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan kegiatan belajar, yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap yang baru. Tujuan belajar adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsungnya proses belajar (Oemar, 1999: 73).
Menurut Hernowo dalam buku terjemahannya “Revolusi cara belajar”, belajar seharusnya memiliki tiga tujuan :
a.        Mempelajari keterampilan dan pengetahuan tentang materi-materi pelajaran spesifik-dan dapat melakukannya dengan lebih cepat, lebih baik dan lebih mudah.
b.       Mengembangkan konseptual umum-mampu belajar menerapkan konsep yang sama ataupun yang berkaitan dengan bidang-bidang lain.
c.        Mengembangkan kemampuan dan sikap pribadi yang secara mudah dapat digunakan dalam segala tindakan kita.









3.       Bahan Ajar Belajar Membaca
Menurut  Tarigan, (1984:7) Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang disampaikan penulis melalui media bahasa tulis .
Menurut  Tampubolon, (1987:6) Membaca adalah suatu kegiatan atau cara dalam mengupayakan pembinaan daya nalar. Dengan membaca, seseorang secara tidak langsung sudah mengumpulkan kata demi kata dalam mengaitkan maksud dan arah bacaannya yang pada akhirnya pembaca dapat menyimpulkan suatu hal dengan nalar yang dimilikinya.
Dilihat dari segi linguistik membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembahasan sandi (a recording and decoding process), berlainan dengan berbicara dan menulis yang justru melibatkan penyandian (encoding). Sebuah aspek pembacaan sandi (decoding) adalah menghubungkan kata-kata tulis (written word) dengan makna bahasa lisan (oral language meaning) yang mencakup pengubahan tulisan/cetakan menjadi bunyi yang bermakna (Tarigan, 1984:8).

                Harjasujana (1996:4) mengemukakan bahwa membaca merupakan proses. Membaca bukanlah proses yang tunggal melainkan sintesis dari berbagai proses yang kemudian berakumulasi pada suatu perbuatan tunggal.  Membaca diartikan sebagai pengucapan kata-kata, mengidentifikasi kata dan mencari arti dari sebuah teks. 
Jadi dari definisi ahli tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa membaca merupakan proses mengupayakan pembinaan nalar  yang mencakup pengubahan tulisan menjadi bunyi yang bermakna dari sebuah teks.
Pada kegiatan membaca diperlukan adanya suatu media yang dapat menunjang aktivitas membaca dalam memaknai suatu kata, maka sorang pengajar memerlukan suatu bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa agar mampu belajar secara optimal. Bahan ajar disini dapat berupa media-media pembelajaran yang menarik sehingga anak dapat belajar dengan baik dan menyenangkan. Kerena membaca sangat penting untuk penguasaan suatu informasi, maka yang dapat dilakukan untuk tahap pertama adalah dengan penguasaan kosa kata. Untuk penguasaan kosa kata ini, dapat menggunakan media word wall ini sebagai media yang memfasilitasi terjadinya proses belajar membaca permulaan.
B.       Tinjauan tentang Media Word Wall
1.       Pengertian Media Pembelajaran
Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari “Medium” yang secara harfiah berarti “Perantara” atau “Pengantar” yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. 
Briggs (1977) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya.
Sedangkan, National Education Associaton (1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras.
Dari ketiga pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dpaat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.


2.       Pengertian Word Wall
Menurut Wikipedia Word Wall atau dinding kata adalah alat keaksaraan terdiri dari koleksi yang teratur (biasanya dalam urutan abjad) kata-kata yang ditampilkan dalam huruf besar terlihat pada dinding, papan pengumuman, atau permukaan layar lain di kelas. Tembok kata dirancang untuk menjadi alat interaktif untuk siswa atau orang lain untuk menggunakan, dan berisi susunan kata-kata yang dapat digunakan selama menulis dan/atau membaca. Meskipun biasanya berhubungan dengan membaca/menulis instruksi, kata dinding menjadi lumrah di ruang kelas untuk semua bidang subjek karena kemampuan mereka untuk menumbuhkan kesadaran fonemis, berfungsi sebagai dukungan/referensi bagi siswa, serta membuat pengalaman bermakna/berkesan dengan kosa kata baru. Karena sifat fleksibel dan kemampuan untuk "tumbuh" bersama siswa, word wall dapat digunakan di kelas mulai dari pra-sekolah sampai dengan sekolah tinggi. Word wall dianggap sebagai alat-alat interaktif dan kolaboratif, karena dengan itu siswa-menciptakan dan student-centered artefak. Banyak variasi dari word wall termasuk menampilkan ilustrasi kata-kata dan daftar warna. 
Jadi Word Wall merupakan media pembelajaran dua dimensi yang digunakan untuk memudahkan seseorang dalam belajar melalui kata-kata yang ada dalam papan dan ditempel pada dinding .  Desain word wall dapat dibentuk sesuai dengan keinginan dan selera kita.  Word wall sangat mudah diterapkan untuk pembelajaran, terutama untuk meningkatkan  kosa kata. Tempelan-tempelan kata yang ada pada papan dapat diganti sesuai dengan kebutuhan. Word wall efektif untuk mengahafalkan kosa kata.

C.      Tinjauan tentang Anak Tunagrahita
1.     Pengertian Anak Tunagrahita
Anak tunagrahita merupakan anak dengan kondisi intelektual dibawah rata-rata anak sesusinya. Anak tunagrahita memiliki banyak hambatan antara lain adalah kemampuan/ kecerdasan yang dibawah rata-rata sehingga sulit menerima pelajaran baik disekolah maupun di lingkungan sekitar. Selain itu anak tungrahita juga memiliki kesulitan dalam interaksi dan keterampilan sosial. Mereka cenderung mengisolasi diri dari lingkungan karena keterbatasan yang ia miliki. Tak heran anak tunagrahita biasanya dikucilkan dari masyarakat.
Menurut Sutjihati Somantri (2006:103), pengertian tunagrahita adalah: “Istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata".Hal tersebut dipertegas oleh AAMD (American Association of Mental Deficiency), sebagai beriku: “Keterbelakangan mental menunjukkan fungsi intelektual di bawah rata-rata secara jelas disertai ketidak mampuan dalam penyesuaian prilaku dan terjadi pada masa perkembangan”. Hal ini dipertegas pula oleh pendapat Sutjihati Somantri (2006:105) sebagai berikut: "Tunagrahita atau terbelakang mental merupakan kondisi dimana perkembangan kecerdasannya mengalami hambatan sehingga tidak mencapai tahap perkembangan yang optimal.


Anak tunagrahita memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a.       Memiliki wajah yang mongolism ( mata sipit, alis miring, lidah tebal, pipi tembem, jari-jari kecil)
b.       Sukar berinteraksi sosial
c.        Perbendaharaan kata yang sedikit
d.       Keterampilan mengurus diri yang kurang, sehingga selalu bergantung kepada orang lain.
e.        Tidak dapat berfikir abstrak
f.         Membutuhkan materi yang konkrit untuk menjelaskan sesuatu.
Anak tunagrahita diklasifikasikan sebagai berikut :
a.       Menurut AAMD dan PP no 72 tahun 1991
1.       Tuna Grahita ringan
Mereka yang masuk dalam kelompok ini meskipun kecerdasan dan adaptasi sosialnya terhambat, namun mereka mempunyai kemampuan untuk berkembangan dalam bidang pelajaran akademik penyesuaian social dan kemampuan bekerja. Anak tuna grahita ringan sering kali tidak dapat di identifikasikan sampai ia mencapai sekolah. Biasanya diketahui setelah beberapa tahun sekolah, ia mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran. Prevalensi anak tuna grahita ringan kira-kira 75 % dari jumlah seluruh anak tuna grahita.
1.        Tuna grahita Sedang
Mereka termasuk dalam kelompok tunagrahita sedang memiliki kemampuan intelektual umum dan adaptasi perilaku dibawah tuna grahita ringan. Pada umumnya anak-anak tuna grahita sedang dapat diketahui sewaktu bayi atau selagi kecil karena keterlambatan perkembangannya dan kadang-kadang dapat terlihat dari penampilan fisiknya. Prevalensi (perkiraan jumlah) anak tuna grahita sedang kira-kira 20 % dari seluruh jumlah anak tuna grahita.
2.        Tuna grahita berat dan sangat berat
Anak yang tergolong dalam kelompok ini pada umumnya hampir tidak memiliki kemampuan untuk dilatih mengurus diri sendiri, melakukan sosialisasi dan bekerja. Sepanjang hidupnya mereka akan selalu bergantung pada orang lain. Prevalensi anak tuna grahita berat dan sangat berat kira-kira 5 % dari jumlah seluruh anak tuna grahita
a.       Menurut Tingkatan IQ
1.       Mild (ringan) IQ 55-70
2.       Moderate (sedang) IQ 40-55
3.       Severe profound (berat-sangat berat) IQ dibawah 40

2.       Kemampuan Membaca Anak Tunagrahita
Seperti yang telah ketahui bahwa anak tunagrahita memiliki integensi yang rendah. Maka dari itu untuk belajar sesuatu anak tunagrahita sangat sulit menerima informasi atau pun materi pelajaran disekolah. Pembelajaran harus selalu diulang-ulang hingga anak mengerti dan membutuhkan waktu yang lama.
Dalam kegiatan memebaca anak tunagrahita ringan harus selalu diberikan stimulus yang baik agar ia mau belajar membaca. Anak tunagrahita biasanya memiliki minat baca yang rendah. Dalam penguasaan kata-kata pun anak tungrahita ringan juga masih sulit, maka untuk memudahkan anak menghafal dan meningkatkan kosa kata dalam penguasaan membacanya  diperlukan suatu media pembelajaran yang menarik untuknya.
Anak tunagrahita ringan kelas 3 SD masih sulit untuk membaca kalimat-kalimat panjang apalagi jika untuk memaknai maka anak akan kesulitan.  Pada dasarnya memori jangka panjang anak tunagrahita juga bermasalah, maka ia tidak dapat mengingat kalimat yang sudah dipelajari sebelumnya. Apalagi jika kata –kata dalam suatu kalimat yang digunakan dalam pembelajarannya tidak digunakan dalam kehidupan sehari-hari maka anak akan cepat lupa.
Untuk mensiasati hal tersebut maka seorang pengajar harus kreatif dalam mengenalkan kata-kata yang biasanya ada dalam suatu bacaan atau cerita. Dalam hal ini word wall berperan penting untuk meningkatkan kosa kata anak tunagrahita ringan dalam penguasaan membacanya. Dalam word wall ini kita dapat memberikan kata-kata yang biasa digunakan oleh anak dalam kehidupan sehari hari, misalnya dengan mengabil kata-kata salam, nama nama hari, dan sebagainya. Hal tersebut akan embuat minat baca anak juga akan meningkat karena media yang digunakan menarik dan menyenangkan.

B. Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan yang dapat dijadikan acuan untuk penelitian ini adalah Pengaruh Metode Pembelajaran Visual Woprd Wall dan asessmen projek terhadap kemampuan kosa kata bahasa inggris siswa SD kelas V Gugus I kecamatan Gianyar.
Hasil penelitian dilapangan menunjukkan bahwa untuk penggunaan media visual word wall ada pengaruh yang positif dan signifikan terkait dengan penggunaan media word wall untuk meningkatkan kosa kata dalam penguasaan bahasa inggris terhadap siswa kelas V SD Kecamatan Gianyar.
Dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.       Keunggulan penggunaan media visual dibuktikan oleh hasil penelitian dari Liska Lestari  (2011) lebih tinggi dari siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensonal
2.       Pada penerapan metode visual word wall   individu sangat bergantung satu sama lain untuk mencapai suatu penghargaan bersama. Sebagai kelompok mereka akan berbagi penghargaan jika berhasil menyelesaikan tugasnya.
3.       Penerapan metode visual word wall pada siswa membuat siswa berpeluang untuk mengeksplorasi kemampuannya sehingga pada saat proses pembelajaran terjadi siswa mampu mengembangkan kemampuan yang mereka miliki secara optimal.
Berdasarkan hasil perhitungan uji Tukey pada kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan asesmen konvensional dalam belajar kosa kata bahasa inggris, antara yang mengikuti pelajaran dengan media visula word wall skor rata-rata 79,160 dibandingkan dengan siawa yang mengikuti pelajaran konvesional dengan skor rata-rata  76,40.
BAB III
METODE PENELITIAN


A.      Jenis dan rancangan penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimental dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian eksperimen ini menggunakan pendekatan kuantitaif. Menurut Iskandar (27:2010), menggunakan pendekatan kuantitatif adalah untuk menjawab persoalan apa dan mengapa, makna suatu fenomena atau gejala ditafsirkan dan disimpulkan oleh peneliti dan bukan oleh subyek yang diteliti. Sedangkan Sudarwan (dalam Iskandar, 21:2010) pendekatan penelitian kuantitatif dimulai dengan teori dan hipotesis dan proses kerjanya bersifat hubungan sebab akibat.
Peneltian eksperimental itu sendiri adalah bentuk penelitian percobaan yang berusaha untuk mengisolasi dan melakukan kontrol setiap kondisi-kondisi yang relevan dengan situasi yang diteliti kemudian melakukan pengamatan terhadap efek atau pengaruh ketika kondisi-kondisi tersebut dimanipulasi. Dengan kata lain, perubahan atau manipulasi dilakukan terhadap variabel bebas dan pengaruhnya diamati pada variabel terikat.  Berdasarkan jenis penelitian eksperimental ini peneliti emnggunakan jenis  Penelitian kasus dimana penelitian ini bertujuan untuk mempelajari secara intensif tentang latarbelakang suatu keadaan tertentu yang ada sekarang dan interaksi lingkungan suatu unit sosial: individu, kelompok lembaga atau masyarakat. Studi kasus pada dasarnya mempelajari secara intensif seorang individu yang dipandang mengalami suatu kasus tertentu. Misalnya, mempelajari secara khusus anak yang nakal, anak yang tidak bisa bergaul dengan orang lain atau anak yang selalu gagal belajar. Dalam hal ini peneliti mempelajari secara khusus mengenai peningkatan kosa kata anak tunagrahita ringan melalui media word wall.
A.      Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada SLB Pancaran Kasih Caruban, Mejayan , Madiun
B.       Subyek Penelitian
 Subyek penelitian merupakan subyek yang dituju untuk diteliti atau subyek yang menjadi puast perhatian atau sasaran peneliti (arikunto, 2006:145). Dalam hal ini peneliti menggunakan subyek anak-anak tunagrahita ringan berjumlah 6 orang anak yang bersekolah di SLB Pancaran Kasih Caruban, Mejayan, Madiun.

Sekolah
Siswa

SLB Pancaran Kasih Caruban, Mejayan Madiun

6 orang
Siswa tunagrahita Ringan

JUMLAH
6 orang

                                                                                   Tabel 1.1


Identitas Subjek Penelitian
No
Nama
Umur
1
SS
11 Tahun
2
BN
10 Tahun
3
MR
11 Tahun
4
LK
12 Tahun
5
MM
11 Tahun
                                                                                   Tabel 1.2

C.      Variabel Penelitian
Menurut Hatch dan Farhady,1981 secara teoritis dapat diartikan sebagai atribut seseorang,atau obyek, yang memepunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek lain. Selain itu menurut Kidder 1981 menyatakan bahwa variabel adalah suatu kualitas dimana peneliti mmepelajari dan menarik kesimpulan darinya.
Dalam penelitian eksperimental ini menggunakan variabel :
a.       Variabel bebas
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat). Dalam penelitian ini yang merupakan variabel bebas adalah media word wall
b.       Variabel terikat
Dalam penelitian yang akan dilakukan ini yang merupakan variabel terkatnya adalah keterbacaan kosa kata yang dimiliki oleh anak tunagrahita ringan

D.      Definisi Operasional
Sesuai dengan judul penelitian maka diperlukan adanya definisi operasional sebagai berikut :
a.       Word Wall.
Word wall adalah media yang digunakan dalam pembelajaran. Word wall berisi kartu kata yang dutempelkan pada papan dan digangtung pada dinding. Ward wall sangat efektif untuk meningkatkan kosa kata karena dalam word wall sendiri kata-kata yang ditempel jika sudah dikuasai dapat diganti dengan kata-kata baru sehingga memudahkan dalam pembelajaran meningkatkan kosa kata,
b.       Kemampuan Membaca.
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui kata-kata atau bahasa tulis. Sedangkan kemampuan membaca adalah kemampuan orang dalam memahami isi bacaan yang diukur dengan tes yang disediakan, dan kemampuan membaca teknis adalah kemampuan dalam mengekspresikari bacaan sehingga enak untuk didengar yang diukur dengan merekam teks yang disediakan(Tarigan, 1979:7).
Jika dikaitkan dengan keampuan membaca anak tunagrahita seperti yang kita ketahui bahwasannya anak tunagrahita emmiliki intelegensi yag rendah. Tidak heran jika kemampuan membacanya juga rendah hal ini juga merupakan dampak dari keterbatasan intelektual yang ia miliki. Anak tungrahita memiliki minat baca yang rendah. Hal ini terjadi karena ia tidak dapat memeknai kata-kata yang ada dalam bacaan.
c.        Anak Tunagrahita
Dalam penelitian ini melibatkan siswa tunagrahita ringan yang memiliki minat baca yang rendah. Berkisar antara umur 10-12 tahun. Dalam penelitian ini subyek yang diteliti termasuk subyek yang mudah untuk diajak berkerjasama sehingga memudahkan peneliti untuk melakukan penelitian
E.       Teknik pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode Wawancara. Metode Wawancara sendiri merupakan  proses komunikasi yang sangat menentukan dalam proses penelitian. Dengan wawancara data yang diperoleh akan lebih mendalam, karena mampu menggali pemikiran atau pendapat secara detail. Dalam wawancara peneliti mendapatkan data yang akurat karena informasi yang didapat dari naarasumber langsung tanpa perantara. Sehingga data yang dihasilkan juga valid. Dalam pelaksanaan penelitian dilapangan, wawancara biasanya wawancara dilaksanakan dalam bentuk ”semi structured”. Dimana interviwer menanyakan serentetan pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian satu persatu diperdalam  dalam menggali keterangan lebih lanjut. Dengan model wawancara seperti ini, maka semua variabel yang ingin digali dalam penelitian akan dapat diperoleh secara lengkap dan mendalam.
Selain teknik wawancara peneliti juga menggunakan metode observasi dimana metode observasi merupakan  kegiatan mengamati, menganlisa dan menggambarkan kondisi  yang dilakukan oleh peneliti memperoleh hasil yang maksimal, maka perlu dilengkapi format atau blangko pengamatan sebagai instrumen. Dalam pelaksanaan observasi, peneliti bukan hanya sekedar mencatat, tetapi juga harus mengadakan pertimbangan kemudian mengadakan penilaian ke dalam suatu skala bertingkat.
Selain kedua metode tersebut, peneliti juga mengggunakan metode angket/kuisioner. Metode angket/kuisioner adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden untuk menggali data sesuai dengan permasalahan penelitian.
Menurut Masri Singarimbum, pada penelitian survei penggunaan angket  merupakan hal yang paling pokok untuk pengumpulan data dilapangan.  Dari hasil kuisioner ini kemudian diangkakan (kuantifikasi), disusun tabel-tabel dan dianalisa secara statistik untuk menerik kesimpulan penelitian.
Dengan menggunakan angket / kuisioner tersebut maka peneliti akan memperoleh informasi yang relevan dengan masalah dan tujuan penelitian, selain itu peneliti memperoleh informasi yang reliabel dengan validitas yang tinggi.
F.       Teknik Analisis Data
Setelah terkumpulnya sejumlah data dalam penelitian, untuk memperoleh kesimpulan data diolah melalui teknik analisis data. Analisis data adalah cara yang digunakan dalam proses penyederhanaan data kedalam data yang lebih mudah dibaca dan dipresentasikan dengan menggunakan Wilcoxon match pairs test



Gambar 3. 2 Rumus Wilcoxon match pairs test (Sugiyono, 2010:136)
Keterangan :

Z             : Nilai hasil pengujian statistik Wilcoxon match pairs test
X             : Jumlah jenjang/rangking yang kecil
 T           : Mean (nilai rata-rata) =    
T            : Standar deviasi =
n              : Jumlah sampel

Langkah-Langkah Analisis Data :
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam mengerjakan analisis data dengan menggunakan rumus Wilcoxon match pairs test dengan n = 6 dan taraf kesalahan 5%, maka t tabel = 2 adalah :
1.       Mencari hasil pre test dan post test
2.       Menghitung rata-rata dari masing-masing hasil pre test dan post test
3.       Membuat tabel perubahan dengan mencari nilai beda dari masing-masing sample dengan rumus nilai post test (O2) – nilai pre test (O1) kemudian menghitung nilai jenjang dari masing-masing sample untuk mendapatkan nilai positif dan negatif
4.       Data-data hasil penelitian yang berupa nilai pre test dan post test yang telah dimasukan dalam table kerja perubahan di olah menggunakan rumus wilcoxon match pairs test dengan mencari mean (nilai rata-rata) kemudian mencari nilai standar deviasi.
5.       Setelah mendapatkan hasil mean dan standar deviasi maka hasil tersebut dimasukan dalam rumus. Setelah mendapatkan hasil dari penghitungan maka menetukan hasil analisis data atau hipotesis
               

               








Daftar Pustaka

·         Sugiono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung : Alfabeta.
·         Amin, Muhammad. 1993. Orhopedagogik ATG. Bandung : Departemen Pendidikan Nasional.
·         Dewa Ayu Oka Trisnawati, Ni Ketut Suarni, A.A.I.N Marhaeni. 2013. Pengaruh Metode Pembelajaran Visual Word Wall  Dan Asesmen Projek Terhadap Kemampuan  Kosakata Bahasa Inggris Siswa Sd Kelas V Gugus I Kecamatan Gianyar. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha .Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan (Volum 3 Tahun 2013).
·         Belajar Psikologi (online) (http://belajarpsikologi.com/pengertian-belajar-menurut-ahli/) diakses 17 Desember 2016 pukul 06.46
·         Pedekatan dalam penelitian (online) https://gonare.wordpress.com/2012/10/08/pendekatan-dalam-penelitian-eksperimen/ ) diakses  19 Desember 2016 pukul 14.30 senin