Pengaruh Media Pembelajaran Word Wall
Untuk Meningkatkan Kosa Kata dalam
Penguasaan Membaca
Anak Tunagrahita Ringan Kelas 3 SD
di SLB Pancaran Kasih Caruban, Mejayan,
Madiun
PROPOSAL
PENELITIAN
Dosen
Pengampu :
Dr.
Yuliyati, M.Pd
Oleh
:
TRI
SUCI ROHANI
NIM
14010044053
UNIVERSITAS
NEGERI SURABAYA
FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN
PENDIDIKAN LUAR BIASA
PRODI
PENDIDIKAN LUAR BIASA
2016
BAB I
Pendahuluan
A.
Latar
Belakang
Keberhasilan suatu proses pembelajaran
secara umum ditentukan oleh banyak komponen. Komponen tersebut dapat berasal
dari guru, siswa, sarana prasarana, maupun media pembelajaran yang digunakan.
Sebagaimana pada era modern ini pendidikan merupakan suatu hal yang sangat
penting, kerena melalui pendidikan membuat kita berwawasan luas, tidak ada pembatas
untuk memperoleh pengetahuan. Pikiran kita akan menjadi terbuka dengan kita
menimba pengetahuan melalui pendidikan.
Saat ini seperti yang kita ketahui
pendidikan diperuntukkan untuk semua kalangan ( education for all) seperti yang diwujudkan dalam Forum Pendidikan Dunia
( The World Education Forum) di Dakar pada tahun 2000. Begitu pula di Indonesia
pendidikan untuk semua sebenarnya juga telah memiliki komitmen yang kuat jauh
sebelum deklarasi Dakar yaitu sejak awal kemerdekaan Indonesia yang tertuang
dalam pembukaan UUD 1945 yang berbunyi “Kemudian daripada itu untuk membantuk
suatu pemerintahan negara Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban duniayang berdasarkan
kemerdekaan,..” . Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisitem
Pendidikan Nasional hak anak untuk memeperoleh pendidikan dijamin penuh tanpa
adanya deskriminasi termasuk anak-anak yang mengalami kelainan atau yang
berkebutuhan khusus.
Anak berkebutuhan khusus adalah anak-anak
yang mengalami penyimpangan,kelainan atau ketunaan dalam segi fisik, mental,
emosi dan sosial atau dari gabungan dari hal-hal sedemikian rupa sehingga
mereka memerlukan pelayanan pendidikan yang khusus yang disesuaikan dengan
penyimpangan , kelainan atau ketunaan mereka.( Ganda Sumekar 2009:2).
Pembuatan proposal ini lebih
dititikberatkan pada anak dengan gangguan intelektual atau disebut juga dengan
anak tunagrahita. Seperti yang kita ketahui anak tunagrahita adalah istilah
yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual dibawah
rata-rata (Sutjihati Soemantri 2006:105). Anak tunagrahita sendiri
diklasifikasikan menjadi 3 yaitu Tunagrahita ringan, Tunagrahita sedang,
Tunagrahita berat. Anak tunagrahita memiliki ciri-ciri :
a. Kecerdasan
yang sangat terbatas
b.
Ketidakmampuan
sosialyang tidak mampu mengurus diri sendiri sehingga selalu memerlukan bantuan
oran lain
c.
Keterbatasan
minat
d.
Daya
ingat yang rendah
e.
Emosi
sangat labil dan cenderung acuh terhadap lingkungan.
f.
Kelainan
badaniah khusus jenis mongoloid, badan bungkuk tampak tidak sehat,muka datar,
telinga kecil, kepala terlalu besar, mulut melongo, mata sipit, pipi tembem,
alis miring.
Seperti yang telah kita ketahui dari
paparan penjelasan diatas bahwa anak tunagrahita secara umum sangat rendah
kemampuan intelektualnya dibandingkan dengan teman-teman seusianya maka minat
belajar anak tunagrahita juga rendah yang juga merupakan dampak dari
ketunagrahitaan yang dia miliki tersebut. Dalam pembelajarannya pun anak
tunagrahita sangat susah untuk memahami sesuatu yang bersifat abstrak,maka anak
membutuhkan pembelajaran yang sifatnya konkret.
Terkait dengan penjelasan diatas Anak
tunagrahita ringan juga sangat susah dalam memahami kalimat-kalimat panjang,sehingga
minat membaca nya pun juga sangat rendah. Apalagi perbendaharaan kata yang
dimiliki sedikit karena ia jarang atau sulit bergaul dengan masyarakat dilingkungan
sekitarnya. Permasalahan-permasalahan tersebut akan sangat menganggu proses
pembelajaran bila tidak dikelola dan ditangani dengan baik oleh guru. Karena
tingkat penguasaan,pemahaman dan kemampuan anak tunarahita ringan sangat
terbatas. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran perlu diupayakan cara dan
teknik ang sesuai dengan kondisi kebutuhan dan tingkat kemampuan anak
tunagrahita ringan tersebut. Model pembelajaran yang sesuai untuk anak
tunagrahita biasanya adalah menggunakan metode drill atau pengulangan karena
anak tunagrahita memiliki daya ingat yang rendah maka setiap pembelajaran perlu
diulang.
Anak tunagrahita memiliki minat baca
yang cukup rendah, hal ini dikarenakan kondisi intelektualnya yang dibawah
rata-rata teman seusianya. Maka dari itu, guru harus bisa mengajak siswa atau
menarik perhatian siswa agara gemar membaca. Salah satu cara yang dapat
dilakukan oleh guru yaitu melalui penggunaan media Word Wall dimana media ini
dibuat berupa potongan-potangan kosa kata yang diharapkan dengan adanya
potongan kosa kata tersebut, anak tunagrahita ringan dapat menambah jumlah
perbendaharaan kata. Sehingga ketika membaca buku anak akan mampu memahami
makna yang terkandung dalam bacaan yang sedang ia baca.
Seperti yang kita ketahui bahwa proses
pembelajaran merupakan bagian yang paling pokok dalam kegiatan pendidikan di
sekolah. Pembelajaran adalah interaksi timbal balik antara siswa dengan guru
dan antar sesama siswa dalam dalam proses pembeajaran. Sedangkan belajar
merupakan suatu proses perubahan tingkah
laku setalah terjadinya interaksi dengan
sumber belajar. Belajar sendiri merupakan aktivitas mental dan psikis yang berangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman
keteranpilan, nilai, dan sikap.
Demikian
juga dengan pembelajaran literasi, akan mencakup keseluruhan aspek yang terkandung
didalamnya termasuk membaca, menulis, berbicara dll. Namun dalam hal ini bidang
kajian dititik beratkan pada kemampuan anak tunagrahita ringan dalam
meningkatkan kosa kata dalam penguasaan membaca. Bahan kajian yang harus
dipelajari oleh anak tunagrahita ringan ini meliputi kata kata untuk :
1.
Ucapan
salam
2.
Warna
3.
Nama
Buah
4.
Nama
Hari, dan
5.
Nama
benda di sekitarku.
Oleh karena itu sangat diperlukan
adanya media pembelajaran berupa word wall yang akan sangat membantu khususnya
untuk guru dalam menyampaikan materi pembelajaran yang akan disampaikan dan
pasti memeudahkan siswa untuk menerima materi pelajaran yang diberikan oleh
guru. Media ini dipandang memnuhi harapan yang dibutuhkan oleh anak tunagrahita
ringan. Media ini dipilih karena penggunaanya yang mudah dan praktis, biaya
pembuatan media yang terjangkau, media pembelajaran ini bersifat fleksibel
sehingga dapat disesuaikan dengan kondisi dan minat siswa dalam menambah kosa
kata. Dengan media word wall ini diharapkan dapat menarik minat baca siswa dan
menambah pengetahuan kosa kata sehingga nantinya anak akan dapat berkomunikasi
dengan baik dengan orang lain karena perbendaharaan kata nya yang banyak.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
uraian latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian
adalah sebagai berikut:
1.
Apa
yang dimaksud dengan media pembelajaran Word Wall?
2.
Bagaimana
pengaruh penggunaan media pembelajaran Word Wall Untuk Meningkatkan Kosa Kata
dalam Penguasaan Membaca Anak Tunagrahita Ringan
C.
Tujuan
Penelitian
Berdasarkan
rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai antara lain
adalah :
1.
Untuk
mengetahui dan memahami media pembelajaran berupa Word Wall
2.
Untuk
mengetahui pengaruh penggunaan media Word Wall untuk meningkatkan kosa kata
dalam penguasaan membaca anak tunagrahita ringan di SLB Pancaran Kasih
D.
Manfaat
Penelitian
Adapun
manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Bagi
penulis, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan mengenai penggunaan
media pembelajaran literasi yaitu Word Wall dalam meningkatkan kosa kata dalam
penguasaan membaca anak tunagrahita ringan.
2.
Bagi
akademisi , penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dan informasi
mengenai penggunaan media Word Wall ini
untuk anak tunagrahita.
3.
Untuk
Guru, semoga penelitian ini dapat menambah wawasan mengenai strategi
pembelajaran menggunakan media Word wall ini untuk memudahkan anak tunagrahita
belajar.
E.
Batasan
Penelitian
Dalam
penelitian di SLB Pancaran Kasih Caruban ini, peneliti hanya membatasi masalah
penelitian ini sebagai berikut :
1.
Penelitian
ini terbatas pada subyek penelitian yang hanya menggunakan anak-anak
tunagrahita ringan kelas 3 SDLB Pancaran
Kasih Caruban
2.
Cara
untuk meningkatkan perbendaharaan kosa kata yang dimiliki anak tunagrahita
ringan dalam penguasaan membaca melalui media pembelajaran literasi berupa Word
Wall.
F.
Asumsi
Menurut
PPKI (2000 : 13) “asumsi adalah anggapan-anggapan dasar tentang suatu hal yang
dijadikan pijakan berfikir dan dalam melakukan penelitian”.
Dalam
melakukan penelitian ini peneliti menggunakan beberapa asumsi dasar sebagai
berikut :
1.
Anak
Tunagrahita memiliki intelegensi yang rendah dibandingkan dengan rata-rata anak normal seusianya .
2.
Anak
tunagrahita memiliki perbendaharaan kata yang sedikit sehingga untuk berfikir
abstrak pun anka akan kesulitan.
3.
Penggunaan
media pembelajaran literasi berupa Wod wall sangat memudahkan guru dalam rangka meningkatkan kosa kata anak
tunagrahita ringan dalam penguasaan membaca.
BAB II
Kajian Pustaka
A.
Tinjauan
Tentang Belajar dan Tujuan Belajar
1.
Pengertian
Belajar
Menurut
Winkel, Belajar adalah semua aktivitas mental atau
psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang
menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman.
Menurut
Ernest R. Hilgard dalam (Sumardi Suryabrata, 1984:252) belajar merupakan proses perbuatan yang
dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya
berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya.
Menurut
Gagne dalam bukunya The Conditions of Learning 1977, belajar merupakan sejenis
perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang keadaaannya
berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah
melakukan tindakan yang serupa itu. Perubahan terjadi akibat adanya suatu
pengalaman atau latihan. Berbeda dengan perubahan serta-merta
akibat refleks atau perilaku yang bersifat naluriah.
Moh.
Surya (1981:32 definisi belajar adalah
suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu
sendiri dalam interaksinya dengan
lingkungan. Kesimpulan yang bisa diambil dari kedua pengertian di atas, bahwa
pada prinsipnya, belajar adalah perubahan dari diri seseorang.
2.
Tujuan
Belajar
Tujuan dari
belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah
melakukan kegiatan belajar, yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan
sikap-sikap yang baru. Tujuan belajar adalah suatu deskripsi mengenai tingkah
laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsungnya proses belajar
(Oemar, 1999: 73).
Menurut Hernowo dalam buku
terjemahannya “Revolusi cara belajar”, belajar seharusnya memiliki tiga tujuan
:
a.
Mempelajari keterampilan dan pengetahuan tentang materi-materi pelajaran
spesifik-dan dapat melakukannya dengan lebih cepat, lebih baik dan lebih mudah.
b.
Mengembangkan konseptual umum-mampu belajar menerapkan konsep yang sama
ataupun yang berkaitan dengan bidang-bidang lain.
c.
Mengembangkan kemampuan dan sikap pribadi yang secara mudah dapat digunakan
dalam segala tindakan kita.
3.
Bahan Ajar
Belajar Membaca
Menurut Tarigan, (1984:7) Membaca adalah suatu proses
yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang
disampaikan penulis melalui media bahasa tulis .
Menurut Tampubolon, (1987:6) Membaca adalah suatu
kegiatan atau cara dalam mengupayakan pembinaan daya nalar. Dengan membaca,
seseorang secara tidak langsung sudah mengumpulkan kata demi kata dalam
mengaitkan maksud dan arah bacaannya yang pada akhirnya pembaca dapat
menyimpulkan suatu hal dengan nalar yang dimilikinya.
Dilihat dari segi
linguistik membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembahasan sandi
(a recording and decoding process), berlainan dengan berbicara dan menulis yang
justru melibatkan penyandian (encoding). Sebuah aspek pembacaan sandi
(decoding) adalah menghubungkan kata-kata tulis (written word) dengan makna
bahasa lisan (oral language meaning) yang mencakup pengubahan tulisan/cetakan
menjadi bunyi yang bermakna (Tarigan, 1984:8).
Harjasujana (1996:4) mengemukakan bahwa membaca merupakan proses. Membaca bukanlah proses yang tunggal melainkan sintesis dari berbagai proses yang kemudian berakumulasi pada suatu perbuatan tunggal. Membaca diartikan sebagai pengucapan kata-kata, mengidentifikasi kata dan mencari arti dari sebuah teks.
Harjasujana (1996:4) mengemukakan bahwa membaca merupakan proses. Membaca bukanlah proses yang tunggal melainkan sintesis dari berbagai proses yang kemudian berakumulasi pada suatu perbuatan tunggal. Membaca diartikan sebagai pengucapan kata-kata, mengidentifikasi kata dan mencari arti dari sebuah teks.
Jadi
dari definisi ahli tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa membaca
merupakan proses mengupayakan pembinaan nalar
yang mencakup pengubahan tulisan menjadi bunyi yang bermakna dari sebuah
teks.
Pada
kegiatan membaca diperlukan adanya suatu media yang dapat menunjang aktivitas
membaca dalam memaknai suatu kata, maka sorang pengajar memerlukan suatu bahan
ajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa agar mampu belajar secara optimal.
Bahan ajar disini dapat berupa media-media pembelajaran yang menarik sehingga
anak dapat belajar dengan baik dan menyenangkan. Kerena membaca sangat penting
untuk penguasaan suatu informasi, maka yang dapat dilakukan untuk tahap pertama
adalah dengan penguasaan kosa kata. Untuk penguasaan kosa kata ini, dapat
menggunakan media word wall ini sebagai media yang memfasilitasi terjadinya
proses belajar membaca permulaan.
B.
Tinjauan
tentang Media Word Wall
1.
Pengertian
Media Pembelajaran
Media berasal
dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari “Medium” yang secara harfiah
berarti “Perantara” atau “Pengantar” yaitu perantara atau pengantar sumber
pesan dengan penerima pesan.
Briggs (1977)
berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan
isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya.
Sedangkan, National
Education Associaton (1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah
sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi
perangkat keras.
Dari ketiga
pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan segala
sesuatu yang dpaat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan
kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri
peserta didik.
2. Pengertian Word Wall
Menurut Wikipedia Word Wall atau
dinding kata adalah alat keaksaraan terdiri dari koleksi yang teratur (biasanya
dalam urutan abjad) kata-kata yang ditampilkan dalam huruf besar terlihat pada
dinding, papan pengumuman, atau permukaan layar lain di kelas. Tembok kata
dirancang untuk menjadi alat interaktif untuk siswa atau orang lain untuk
menggunakan, dan berisi susunan kata-kata yang dapat digunakan selama menulis
dan/atau membaca. Meskipun biasanya berhubungan dengan membaca/menulis
instruksi, kata dinding menjadi lumrah di ruang kelas untuk semua bidang subjek
karena kemampuan mereka untuk menumbuhkan kesadaran fonemis, berfungsi sebagai
dukungan/referensi bagi siswa, serta membuat pengalaman bermakna/berkesan
dengan kosa kata baru. Karena sifat fleksibel dan kemampuan untuk
"tumbuh" bersama siswa, word wall dapat digunakan di kelas mulai dari
pra-sekolah sampai dengan sekolah tinggi. Word wall dianggap sebagai alat-alat
interaktif dan kolaboratif, karena dengan itu siswa-menciptakan dan student-centered
artefak. Banyak variasi dari word wall termasuk menampilkan ilustrasi kata-kata
dan daftar warna.
Jadi Word Wall
merupakan media pembelajaran dua dimensi yang digunakan untuk memudahkan
seseorang dalam belajar melalui kata-kata yang ada dalam papan dan ditempel
pada dinding . Desain word wall dapat
dibentuk sesuai dengan keinginan dan selera kita. Word wall sangat mudah diterapkan untuk
pembelajaran, terutama untuk meningkatkan
kosa kata. Tempelan-tempelan kata yang ada pada papan dapat diganti
sesuai dengan kebutuhan. Word wall efektif untuk mengahafalkan kosa kata.
C.
Tinjauan
tentang Anak Tunagrahita
1.
Pengertian
Anak Tunagrahita
Anak
tunagrahita merupakan anak dengan kondisi intelektual dibawah rata-rata anak
sesusinya. Anak tunagrahita memiliki banyak hambatan antara lain adalah
kemampuan/ kecerdasan yang dibawah rata-rata sehingga sulit menerima pelajaran
baik disekolah maupun di lingkungan sekitar. Selain itu anak tungrahita juga
memiliki kesulitan dalam interaksi dan keterampilan sosial. Mereka cenderung
mengisolasi diri dari lingkungan karena keterbatasan yang ia miliki. Tak heran
anak tunagrahita biasanya dikucilkan dari masyarakat.
Menurut
Sutjihati Somantri (2006:103), pengertian tunagrahita adalah: “Istilah yang
digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah
rata-rata".Hal tersebut dipertegas oleh AAMD (American Association of
Mental Deficiency), sebagai beriku: “Keterbelakangan mental menunjukkan fungsi
intelektual di bawah rata-rata secara jelas disertai ketidak mampuan dalam
penyesuaian prilaku dan terjadi pada masa perkembangan”. Hal ini dipertegas
pula oleh pendapat Sutjihati Somantri (2006:105) sebagai berikut:
"Tunagrahita atau terbelakang mental merupakan kondisi dimana perkembangan
kecerdasannya mengalami hambatan sehingga tidak mencapai tahap perkembangan
yang optimal.
Anak
tunagrahita memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a.
Memiliki wajah yang mongolism ( mata sipit,
alis miring, lidah tebal, pipi tembem, jari-jari kecil)
b.
Sukar berinteraksi sosial
c.
Perbendaharaan kata yang sedikit
d.
Keterampilan mengurus diri yang kurang,
sehingga selalu bergantung kepada orang lain.
e.
Tidak dapat berfikir abstrak
f.
Membutuhkan materi yang konkrit untuk
menjelaskan sesuatu.
Anak tunagrahita diklasifikasikan
sebagai berikut :
a.
Menurut AAMD dan PP no 72 tahun 1991
1.
Tuna Grahita ringan
Mereka yang masuk dalam kelompok ini meskipun kecerdasan dan
adaptasi sosialnya terhambat, namun mereka mempunyai kemampuan untuk
berkembangan dalam bidang pelajaran akademik penyesuaian social dan kemampuan
bekerja. Anak tuna grahita ringan sering kali tidak dapat di identifikasikan
sampai ia mencapai sekolah. Biasanya diketahui setelah beberapa tahun sekolah,
ia mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran. Prevalensi anak tuna grahita
ringan kira-kira 75 % dari jumlah seluruh anak tuna grahita.
1.
Tuna grahita
Sedang
Mereka termasuk
dalam kelompok tunagrahita sedang memiliki kemampuan intelektual umum dan
adaptasi perilaku dibawah tuna grahita ringan. Pada umumnya anak-anak tuna
grahita sedang dapat diketahui sewaktu bayi atau selagi kecil karena
keterlambatan perkembangannya dan kadang-kadang dapat terlihat dari penampilan
fisiknya. Prevalensi (perkiraan jumlah) anak tuna grahita sedang kira-kira 20 %
dari seluruh jumlah anak tuna grahita.
2.
Tuna grahita
berat dan sangat berat
Anak yang
tergolong dalam kelompok ini pada umumnya hampir tidak memiliki kemampuan untuk
dilatih mengurus diri sendiri, melakukan sosialisasi dan bekerja. Sepanjang
hidupnya mereka akan selalu bergantung pada orang lain. Prevalensi anak tuna
grahita berat dan sangat berat kira-kira 5 % dari jumlah seluruh anak tuna
grahita
a. Menurut Tingkatan IQ
1.
Mild (ringan) IQ 55-70
2.
Moderate (sedang) IQ 40-55
3.
Severe profound (berat-sangat berat) IQ dibawah 40
2.
Kemampuan Membaca Anak Tunagrahita
Seperti
yang telah ketahui bahwa anak tunagrahita memiliki integensi yang rendah. Maka
dari itu untuk belajar sesuatu anak tunagrahita sangat sulit menerima informasi
atau pun materi pelajaran disekolah. Pembelajaran harus selalu diulang-ulang
hingga anak mengerti dan membutuhkan waktu yang lama.
Dalam
kegiatan memebaca anak tunagrahita ringan harus selalu diberikan stimulus yang
baik agar ia mau belajar membaca. Anak tunagrahita biasanya memiliki minat baca
yang rendah. Dalam penguasaan kata-kata pun anak tungrahita ringan juga masih
sulit, maka untuk memudahkan anak menghafal dan meningkatkan kosa kata dalam
penguasaan membacanya diperlukan suatu
media pembelajaran yang menarik untuknya.
Anak
tunagrahita ringan kelas 3 SD masih sulit untuk membaca kalimat-kalimat panjang
apalagi jika untuk memaknai maka anak akan kesulitan. Pada dasarnya memori jangka panjang anak
tunagrahita juga bermasalah, maka ia tidak dapat mengingat kalimat yang sudah
dipelajari sebelumnya. Apalagi jika kata –kata dalam suatu kalimat yang
digunakan dalam pembelajarannya tidak digunakan dalam kehidupan sehari-hari
maka anak akan cepat lupa.
Untuk
mensiasati hal tersebut maka seorang pengajar harus kreatif dalam mengenalkan
kata-kata yang biasanya ada dalam suatu bacaan atau cerita. Dalam hal ini word
wall berperan penting untuk meningkatkan kosa kata anak tunagrahita ringan
dalam penguasaan membacanya. Dalam word wall ini kita dapat memberikan
kata-kata yang biasa digunakan oleh anak dalam kehidupan sehari hari, misalnya
dengan mengabil kata-kata salam, nama nama hari, dan sebagainya. Hal tersebut
akan embuat minat baca anak juga akan meningkat karena media yang digunakan
menarik dan menyenangkan.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang
relevan yang dapat dijadikan acuan untuk penelitian ini adalah Pengaruh Metode
Pembelajaran Visual Woprd Wall dan asessmen projek terhadap kemampuan kosa kata
bahasa inggris siswa SD kelas V Gugus I kecamatan Gianyar.
Hasil penelitian dilapangan menunjukkan bahwa untuk
penggunaan media visual word wall ada pengaruh yang positif dan signifikan
terkait dengan penggunaan media word wall untuk meningkatkan kosa kata dalam
penguasaan bahasa inggris terhadap siswa kelas V SD Kecamatan Gianyar.
Dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Keunggulan
penggunaan media visual dibuktikan oleh hasil penelitian dari Liska
Lestari (2011) lebih tinggi dari siswa
yang mengikuti model pembelajaran konvensonal
2. Pada
penerapan metode visual word wall
individu sangat bergantung satu sama lain untuk mencapai suatu
penghargaan bersama. Sebagai kelompok mereka akan berbagi penghargaan jika
berhasil menyelesaikan tugasnya.
3. Penerapan
metode visual word wall pada siswa membuat siswa berpeluang untuk
mengeksplorasi kemampuannya sehingga pada saat proses pembelajaran terjadi
siswa mampu mengembangkan kemampuan yang mereka miliki secara optimal.
Berdasarkan hasil perhitungan uji Tukey pada kelompok siswa
yang mengikuti pembelajaran dengan asesmen konvensional dalam belajar kosa kata
bahasa inggris, antara yang mengikuti pelajaran dengan media visula word wall
skor rata-rata 79,160 dibandingkan dengan siawa yang mengikuti pelajaran
konvesional dengan skor rata-rata 76,40.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
A.
Jenis dan rancangan penelitian
Dalam
penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimental dengan pendekatan
kuantitatif. Penelitian
eksperimen ini menggunakan pendekatan kuantitaif. Menurut
Iskandar (27:2010), menggunakan pendekatan kuantitatif adalah untuk menjawab
persoalan apa dan mengapa, makna suatu fenomena atau gejala ditafsirkan dan disimpulkan
oleh peneliti dan bukan oleh subyek yang diteliti. Sedangkan Sudarwan (dalam Iskandar, 21:2010) pendekatan penelitian
kuantitatif dimulai dengan teori dan hipotesis dan proses kerjanya bersifat
hubungan sebab akibat.
Peneltian
eksperimental itu sendiri adalah bentuk penelitian percobaan yang berusaha
untuk mengisolasi dan melakukan kontrol setiap kondisi-kondisi yang relevan
dengan situasi yang diteliti kemudian melakukan pengamatan terhadap efek atau
pengaruh ketika kondisi-kondisi tersebut dimanipulasi. Dengan kata lain,
perubahan atau manipulasi dilakukan terhadap variabel bebas dan pengaruhnya
diamati pada variabel terikat. Berdasarkan jenis penelitian eksperimental
ini peneliti emnggunakan jenis Penelitian
kasus dimana penelitian ini bertujuan untuk mempelajari secara intensif tentang
latarbelakang suatu keadaan tertentu yang ada sekarang dan interaksi lingkungan
suatu unit sosial: individu, kelompok lembaga atau masyarakat. Studi kasus pada
dasarnya mempelajari secara intensif seorang individu yang dipandang mengalami
suatu kasus tertentu. Misalnya, mempelajari secara khusus anak yang nakal, anak
yang tidak bisa bergaul dengan orang lain atau anak yang selalu gagal belajar.
Dalam hal ini peneliti mempelajari secara khusus mengenai peningkatan kosa kata
anak tunagrahita ringan melalui media word wall.
A.
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada SLB
Pancaran Kasih Caruban, Mejayan , Madiun
B.
Subyek Penelitian
Subyek penelitian merupakan subyek yang dituju
untuk diteliti atau subyek yang menjadi puast perhatian atau sasaran peneliti
(arikunto, 2006:145). Dalam hal ini peneliti menggunakan subyek anak-anak
tunagrahita ringan berjumlah 6 orang anak yang bersekolah di SLB Pancaran Kasih
Caruban, Mejayan, Madiun.
Sekolah
|
Siswa
|
SLB
Pancaran Kasih Caruban, Mejayan Madiun
|
6 orang
Siswa
tunagrahita Ringan
|
JUMLAH
|
6
orang
|
Tabel 1.1
Identitas
Subjek Penelitian
No
|
Nama
|
Umur
|
1
|
SS
|
11
Tahun
|
2
|
BN
|
10
Tahun
|
3
|
MR
|
11
Tahun
|
4
|
LK
|
12
Tahun
|
5
|
MM
|
11
Tahun
|
Tabel 1.2
C.
Variabel Penelitian
Menurut
Hatch dan Farhady,1981 secara teoritis dapat diartikan sebagai atribut
seseorang,atau obyek, yang memepunyai “variasi” antara satu orang dengan yang
lain atau satu obyek dengan obyek lain. Selain itu menurut Kidder 1981
menyatakan bahwa variabel adalah suatu kualitas dimana peneliti mmepelajari dan
menarik kesimpulan darinya.
Dalam penelitian
eksperimental ini menggunakan variabel :
a.
Variabel bebas
Variabel
bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau
timbulnya variabel dependen (terikat). Dalam penelitian ini yang merupakan
variabel bebas adalah media word wall
b.
Variabel terikat
Dalam penelitian yang akan
dilakukan ini yang merupakan variabel terkatnya adalah keterbacaan kosa kata
yang dimiliki oleh anak tunagrahita ringan
D.
Definisi Operasional
Sesuai dengan judul
penelitian maka diperlukan adanya definisi operasional sebagai berikut :
a.
Word Wall.
Word wall adalah media yang digunakan dalam
pembelajaran. Word wall berisi kartu kata yang dutempelkan pada papan dan
digangtung pada dinding. Ward wall sangat efektif untuk meningkatkan kosa kata
karena dalam word wall sendiri kata-kata yang ditempel jika sudah dikuasai
dapat diganti dengan kata-kata baru sehingga memudahkan dalam pembelajaran
meningkatkan kosa kata,
b.
Kemampuan Membaca.
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan
serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan
oleh penulis melalui kata-kata atau bahasa tulis. Sedangkan kemampuan membaca
adalah kemampuan orang dalam memahami isi bacaan yang diukur dengan tes yang
disediakan, dan kemampuan membaca teknis adalah kemampuan dalam
mengekspresikari bacaan sehingga enak untuk didengar yang diukur dengan merekam
teks yang disediakan(Tarigan, 1979:7).
Jika dikaitkan dengan keampuan membaca anak
tunagrahita seperti yang kita ketahui bahwasannya anak tunagrahita emmiliki
intelegensi yag rendah. Tidak heran jika kemampuan membacanya juga rendah hal
ini juga merupakan dampak dari keterbatasan intelektual yang ia miliki. Anak
tungrahita memiliki minat baca yang rendah. Hal ini terjadi karena ia tidak
dapat memeknai kata-kata yang ada dalam bacaan.
c.
Anak Tunagrahita
Dalam penelitian ini melibatkan siswa
tunagrahita ringan yang memiliki minat baca yang rendah. Berkisar antara umur
10-12 tahun. Dalam penelitian ini subyek yang diteliti termasuk subyek yang
mudah untuk diajak berkerjasama sehingga memudahkan peneliti untuk melakukan
penelitian
E.
Teknik pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode
Wawancara. Metode Wawancara sendiri merupakan
proses komunikasi yang sangat menentukan dalam proses penelitian. Dengan
wawancara data yang diperoleh akan lebih mendalam, karena mampu menggali
pemikiran atau pendapat secara detail. Dalam wawancara peneliti mendapatkan
data yang akurat karena informasi yang didapat dari naarasumber langsung tanpa
perantara. Sehingga data yang dihasilkan juga valid. Dalam pelaksanaan
penelitian dilapangan, wawancara biasanya wawancara dilaksanakan dalam bentuk
”semi structured”. Dimana interviwer menanyakan serentetan pertanyaan yang
sudah terstruktur, kemudian satu persatu diperdalam dalam menggali
keterangan lebih lanjut. Dengan model wawancara seperti ini, maka semua variabel
yang ingin digali dalam penelitian akan dapat diperoleh secara lengkap dan
mendalam.
Selain
teknik wawancara peneliti juga menggunakan metode observasi dimana metode
observasi merupakan kegiatan mengamati,
menganlisa dan menggambarkan kondisi
yang dilakukan oleh peneliti memperoleh hasil yang maksimal, maka perlu
dilengkapi format atau blangko pengamatan sebagai instrumen. Dalam pelaksanaan
observasi, peneliti bukan hanya sekedar mencatat, tetapi juga harus mengadakan
pertimbangan kemudian mengadakan penilaian ke dalam suatu skala bertingkat.
Selain
kedua metode tersebut, peneliti juga mengggunakan metode angket/kuisioner.
Metode angket/kuisioner adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada
responden untuk menggali data sesuai dengan permasalahan penelitian.
Menurut
Masri Singarimbum, pada penelitian survei penggunaan angket merupakan hal yang paling pokok untuk
pengumpulan data dilapangan. Dari hasil
kuisioner ini kemudian diangkakan (kuantifikasi), disusun tabel-tabel dan
dianalisa secara statistik untuk menerik kesimpulan penelitian.
Dengan
menggunakan angket / kuisioner tersebut maka peneliti akan memperoleh informasi
yang relevan dengan masalah dan tujuan penelitian, selain itu peneliti
memperoleh informasi yang reliabel dengan validitas yang tinggi.
F.
Teknik Analisis Data
Setelah
terkumpulnya sejumlah data dalam penelitian, untuk memperoleh kesimpulan data
diolah melalui teknik analisis data. Analisis data adalah cara yang digunakan
dalam proses penyederhanaan data kedalam data yang lebih mudah dibaca dan
dipresentasikan dengan menggunakan Wilcoxon match pairs test
|
Gambar
3. 2 Rumus Wilcoxon match pairs test (Sugiyono, 2010:136)
Keterangan
:
Z : Nilai hasil pengujian statistik
Wilcoxon match pairs test
X : Jumlah jenjang/rangking yang
kecil
n : Jumlah
sampel
Langkah-Langkah Analisis Data :
Adapun langkah-langkah yang dilakukan
dalam mengerjakan analisis data dengan menggunakan rumus Wilcoxon match pairs
test dengan n = 6
dan taraf kesalahan 5%, maka t tabel = 2 adalah
:
1.
Mencari
hasil pre test dan post test
2.
Menghitung
rata-rata dari masing-masing hasil pre test dan post test
3.
Membuat
tabel perubahan dengan mencari nilai beda dari masing-masing sample dengan
rumus nilai post test (O2) – nilai pre test (O1) kemudian menghitung nilai
jenjang dari masing-masing sample untuk mendapatkan nilai positif dan negatif
4.
Data-data
hasil penelitian yang berupa nilai pre test dan post test yang telah dimasukan
dalam table kerja perubahan di olah menggunakan rumus wilcoxon match pairs test
dengan mencari mean (nilai rata-rata) kemudian mencari nilai standar deviasi.
5.
Setelah
mendapatkan hasil mean dan standar deviasi maka hasil tersebut dimasukan dalam
rumus. Setelah mendapatkan hasil dari penghitungan maka
menetukan hasil analisis data atau hipotesis
Daftar Pustaka
·
Sugiono.
2012. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D). Bandung : Alfabeta.
·
Amin,
Muhammad. 1993. Orhopedagogik ATG. Bandung : Departemen Pendidikan Nasional.
·
Dewa
Ayu Oka Trisnawati, Ni Ketut Suarni, A.A.I.N Marhaeni. 2013. Pengaruh Metode Pembelajaran Visual Word
Wall Dan Asesmen Projek Terhadap
Kemampuan Kosakata Bahasa Inggris Siswa
Sd Kelas V Gugus I Kecamatan Gianyar. e-Journal Program Pascasarjana
Universitas Pendidikan Ganesha .Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan
(Volum 3 Tahun 2013).
·
Belajar Psikologi (online) (http://belajarpsikologi.com/pengertian-belajar-menurut-ahli/) diakses 17 Desember 2016 pukul 06.46
·
Pedekatan dalam penelitian (online) https://gonare.wordpress.com/2012/10/08/pendekatan-dalam-penelitian-eksperimen/ ) diakses 19 Desember
2016 pukul 14.30 senin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar